Di Anggap Pengemis, Pak Sugimun Ternyata Seorang Bos

=============
               
 Dilahirkan dari keluarga miskin dan memiliki keterbatasan fisik alias cacat, nama beliau pak sugimun .sangkin miskinya sampai tidak pernah mengenyam pendidikan formal, jangankan SD, SMP atau SMA." sekolah TK aja tidak pernah" kenangnya.
                  Beliau lahir di magetan jawa timur tepatnya kota trenggalek, di trenggalek sana ada sebuah nama toko yang tidak asing lagi bagi masyarakatnya yakni toko " CAHAYA BARU ".dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar dan sudah beromset sampai 150 juta per bulan. ide penamaan tokonya dengan nama toko CAHAYA BARU agar menjadi harapan baru bagi keluarganya. 
                          Keberhasilan sugimun tidak lain adlah berkat doa dan kasih sayang ibunya, maklum dari kecil sudah cacat. kehidupanya berubah sejak awal usianya menginjak 19 tahun. saat itu beberap orang dari dinas sosial datang kerumahnya, mengajak pak sugimun ikut program santunan dan rehabilitasi sosial untuk  penyandang cacat di panti sosial BINA DAKSA SURYATAMA yakni sebuah yayasan panti sosial yang berada di kota BANGIL jawa timur. ditempat itu pak sugimun mengikuti bimbingan fisik,mental dan pendidikan kejar paket A.
 "Pada awalnya saya merasa rendah diri, semua teman penyandang cacat memiliki pendidikan formal dari SD, SMP, bahkan ada yang lulusan SMA,,sedangkan saya belum mengenal baca tulis" kenang pak sugimun.

MENARIK DIBACA:

MANTAPPP..PESANTREN INI MEMBERIKAN PELAJARAN BISNIS ONLINE DISAMPING KEGIATAN KEAGAMAAN & MENGAJI

                              Tekadnya untuk tidak bergantung pd orang lain yang memotivasi dirinya untuk membuang rasa rendah diri itu jauh-jauh dari dirinya. di yayasan tersebut beliau belajar ketrampilan elektronik seperti : radio, soud sytem, kipas angin ,televisi dan lain-lain. stelah mengikuti program tersebut selama 2 tahun, pak sugimun pulang kembali. namun karna dia tak punya aktivitas di desanya,akhirnya ia mencari kerja ditempat servis elektronik. tapi sayangnya selalu berujung pada penolakan. mungkin mereka menilai saya tidak mampu bekerja dengan baik melihat fisik saya yang cacat seperti ini" ucapnya.
                                      Iapun pulang kembali ke kota kelahiranya, berusaha lagi untuk melamar pekerjaan.  lagi2 ia mendapat penolakan duh gustiii, keadaan yang selalu seperti ini membuat saya berfikir, bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja",katanya.
                                  
                            yang paling menyedihkan , sering acap kali dia disangka pengemis saat melamar pekerjaan, bahkan sampai sudah jadi bos masih disangka pengemis, sambil terkekeh..sedikit cerita" kala itu pak sugimun pergi kesolo untuk membeli mobil, saat hendak masuk ke showroom mobil seoran karyawan buru-buru menghampirinya  dan mau memberikan uang receh, di perlalukan seperti itu pak sugimun segeri menolak dan berkata" maaf mas.......saya bukan mau ngemis..! saya mau beli mobil," sontak saja si karyawan kaget dan buru-buru masuk kedalam karna malu.

RESTU IBU

Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit serta pengalaman yang ditolak berkali-kali membuat Sugimun nekad berusaha sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik ibunya senilai Rp. 15.000,-. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk menyewa lapak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yang kecil itu, ia membuka usaha jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, setiap hari ia melayani pelanggannya.
Untuk menjalankan usahanya, Sugimun harus berjuang keras. Betapa tidak, jarak perjalanan dari rumah ketempat usahanya sangatlah jauh. Dari desanya yang terpencil, ia harus berjuang menempuh jarak satu kilometer untuk menuju ke tempat mangkal angkutan umum yang akan membawanya ke kiosnya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur. Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Bagi orang fisiknya normal, hal itu bukan masalah. Namun bagi Sugimun yang kakinya layuh (lumpuh) akibat polio, terasa berat.
Usahanya itu juga terkadang ramai, terkadang sepi. “Namun, saya tetap yakin Allah Maha Adil, Pengasih dan Pemurah,”katanya.
Dengan penuh ketelatenan dan kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dalam menepati janji. Ia berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ia juga tidak pelit menjelaskan kepada pelanggannya tentang kerusakan dan onderdil yang harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yang bervariasi. “Ternyata dengan cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan,” katanya.
Kiosnya semakin sering dikunjungi orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat.Peluang inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil. sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang elektronik. Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko. “Alhamdulillah ramai,” jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga unit toko.
Meski kini menjadi orang sukses, Sugimun tidak lupa terhadap keluarganya. Sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia merasa bertanggung jawab atas eberlangsungan pendidikan adik-adiknya. Oleh karenanya, sebagian rezekinya ia gunakan untuk membantu biaya pendidikan tiga orang adiknya, ia mangajak mereka untuk membantu menjalankan toko elektroniknya. Ia berharap agar kelak, saudara-saudaranya yang lain mampu mandiri. “Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga tamat SMU,” katanya.
Kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia menemukan jodohnya bernama Nursiam. Perempuan yang ia nikahi itu kini memberinya tiga orang anak.
Selain itu, Sugimun juga membantu orang-orang di daerah sekitarnya. Ia tidak membantu dalam bentuk uang, melainkan berupa pemberian kesempatan pendidikan dan keterampilan. Ia membina beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yang berguna bagi masa depan mereka kelak.
“Pengalaman masa lalu membuat saya sadar, bahwa pendidikan dan keterampilan sangat berguna bagi orang-orang seperti saya,” katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang kini ia asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untuk sesamanya.
Satu hal yang ia syukuri, ia hanya cacat fisik, bukan cacat rohani. Cacat fisik yang ia alami tidak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai pelecut semangat untuk menggapai cita-cita mandiri. Kini, meski ia secara fisik tidak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih. Melebihi dari apa yang bisa dilakukan oleh orang normal. “Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, diberi kemampuan untuk membantu orang lain,” katanya.

Suara Hidayatullah, Edisi 1/XXVI/Mei 2013/Jumadil Ahir/1434


                                      
=============

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Di Anggap Pengemis, Pak Sugimun Ternyata Seorang Bos"

Post a Comment

Quote"

Berikan komentar dengan baik dan sopan, pengunjung yang baik akan memberikan penilaian untuk setiap artikel yang dibaca, komentar yang memakai kata-kata kotor dan SARA akan dihapus oleh admin.
Terimakasih salam sukses