Beliau lahir di magetan jawa timur tepatnya kota trenggalek, di trenggalek sana ada sebuah nama toko yang tidak asing lagi bagi masyarakatnya yakni toko " CAHAYA BARU ".dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar dan sudah beromset sampai 150 juta per bulan. ide penamaan tokonya dengan nama toko CAHAYA BARU agar menjadi harapan baru bagi keluarganya.
Keberhasilan sugimun tidak lain adlah berkat doa dan kasih sayang ibunya, maklum dari kecil sudah cacat. kehidupanya berubah sejak awal usianya menginjak 19 tahun. saat itu beberap orang dari dinas sosial datang kerumahnya, mengajak pak sugimun ikut program santunan dan rehabilitasi sosial untuk penyandang cacat di panti sosial BINA DAKSA SURYATAMA yakni sebuah yayasan panti sosial yang berada di kota BANGIL jawa timur. ditempat itu pak sugimun mengikuti bimbingan fisik,mental dan pendidikan kejar paket A.
"Pada awalnya saya merasa rendah diri, semua teman penyandang cacat memiliki pendidikan formal dari SD, SMP, bahkan ada yang lulusan SMA,,sedangkan saya belum mengenal baca tulis" kenang pak sugimun.
MENARIK DIBACA:
MENARIK DIBACA:
MANTAPPP..PESANTREN INI MEMBERIKAN PELAJARAN BISNIS ONLINE DISAMPING KEGIATAN KEAGAMAAN & MENGAJI
Tekadnya untuk tidak bergantung pd orang lain yang memotivasi dirinya untuk membuang rasa rendah diri itu jauh-jauh dari dirinya. di yayasan tersebut beliau belajar ketrampilan elektronik seperti : radio, soud sytem, kipas angin ,televisi dan lain-lain. stelah mengikuti program tersebut selama 2 tahun, pak sugimun pulang kembali. namun karna dia tak punya aktivitas di desanya,akhirnya ia mencari kerja ditempat servis elektronik. tapi sayangnya selalu berujung pada penolakan. mungkin mereka menilai saya tidak mampu bekerja dengan baik melihat fisik saya yang cacat seperti ini" ucapnya.
Iapun pulang kembali ke kota kelahiranya, berusaha lagi untuk melamar pekerjaan. lagi2 ia mendapat penolakan duh gustiii, keadaan yang selalu seperti ini membuat saya berfikir, bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja",katanya.
yang paling menyedihkan , sering acap kali dia disangka pengemis saat melamar pekerjaan, bahkan sampai sudah jadi bos masih disangka pengemis, sambil terkekeh..sedikit cerita" kala itu pak sugimun pergi kesolo untuk membeli mobil, saat hendak masuk ke showroom mobil seoran karyawan buru-buru menghampirinya dan mau memberikan uang receh, di perlalukan seperti itu pak sugimun segeri menolak dan berkata" maaf mas.......saya bukan mau ngemis..! saya mau beli mobil," sontak saja si karyawan kaget dan buru-buru masuk kedalam karna malu.
RESTU IBU
Dengan kondisi ekonomi yang serba
sulit serta pengalaman yang ditolak berkali-kali membuat Sugimun nekad berusaha
sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik
ibunya senilai Rp. 15.000,-. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk menyewa
lapak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yang kecil itu, ia membuka usaha
jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya,
setiap hari ia melayani pelanggannya.
Untuk menjalankan usahanya,
Sugimun harus berjuang keras. Betapa tidak, jarak perjalanan dari rumah
ketempat usahanya sangatlah jauh. Dari desanya yang terpencil, ia harus
berjuang menempuh jarak satu kilometer untuk menuju ke tempat mangkal angkutan
umum yang akan membawanya ke kiosnya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur.
Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Bagi orang fisiknya normal, hal itu
bukan masalah. Namun bagi Sugimun yang kakinya layuh (lumpuh) akibat polio,
terasa berat.
Usahanya itu juga terkadang
ramai, terkadang sepi. “Namun, saya tetap yakin Allah Maha Adil, Pengasih dan
Pemurah,”katanya.
Dengan penuh ketelatenan dan
kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dalam
menepati janji. Ia berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ia
juga tidak pelit menjelaskan kepada pelanggannya tentang kerusakan dan onderdil
yang harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yang bervariasi.
“Ternyata dengan cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan,” katanya.
Kiosnya semakin sering dikunjungi
orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat.Peluang
inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian
onderdil. sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang
elektronik. Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan
diri membeli toko. “Alhamdulillah ramai,” jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga
unit toko.
Meski kini menjadi orang sukses,
Sugimun tidak lupa terhadap keluarganya. Sebagai anak tertua dari delapan
saudara, ia merasa bertanggung jawab atas eberlangsungan pendidikan
adik-adiknya. Oleh karenanya, sebagian rezekinya ia gunakan untuk membantu
biaya pendidikan tiga orang adiknya, ia mangajak mereka untuk membantu
menjalankan toko elektroniknya. Ia berharap agar kelak, saudara-saudaranya yang
lain mampu mandiri. “Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga
tamat SMU,” katanya.
Kebahagiaannya semakin lengkap
ketika ia menemukan jodohnya bernama Nursiam. Perempuan yang ia nikahi itu kini
memberinya tiga orang anak.
Selain itu, Sugimun juga membantu
orang-orang di daerah sekitarnya. Ia tidak membantu dalam bentuk uang,
melainkan berupa pemberian kesempatan pendidikan dan keterampilan. Ia membina
beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yang berguna
bagi masa depan mereka kelak.
“Pengalaman masa lalu membuat
saya sadar, bahwa pendidikan dan keterampilan sangat berguna bagi orang-orang
seperti saya,” katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang kini ia
asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untuk
sesamanya.
Satu hal yang ia syukuri, ia
hanya cacat fisik, bukan cacat rohani. Cacat fisik yang ia alami tidak
membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai
pelecut semangat untuk menggapai cita-cita mandiri. Kini, meski ia secara fisik
tidak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih. Melebihi dari apa yang bisa
dilakukan oleh orang normal. “Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat
seperti saya, diberi kemampuan untuk membantu orang lain,” katanya.
Suara Hidayatullah,
Edisi 1/XXVI/Mei 2013/Jumadil Ahir/1434
0 Response to "Di Anggap Pengemis, Pak Sugimun Ternyata Seorang Bos"
Post a Comment
Quote"
Berikan komentar dengan baik dan sopan, pengunjung yang baik akan memberikan penilaian untuk setiap artikel yang dibaca, komentar yang memakai kata-kata kotor dan SARA akan dihapus oleh admin.
Terimakasih salam sukses